Tips Menulis Research Plan Beasiswa LPDP atau Beasiswa Internasional Lainnya 2016 - 2017
WE Academy - Saung English
TOEFL & IELTS Preparation, Speaking & Scholarship Interview
Kampung Inggris Bandung - Jl. Gegerarum 101 Kota Bandung. Further Info Click :
TOEFL & IELTS Preparation, Speaking & Scholarship Interview
Kampung Inggris Bandung - Jl. Gegerarum 101 Kota Bandung. Further Info Click :
YouTube I Facebook I Twitter I Instagram I Foursquare I GoogleMaps
Penjelasan dan strategi lolos beasiswa LPDP lengkap silahkan buka,
Related Posts:
1. "Intensive 100 Hours" TOEFL/IELTS Preparation, Job Int & Academic Speaking 2016
2. Tips Lolos Administrasi Beasiswa LPDP
3. Tips Lolos Interview Beasiswa LPDP
4. Tips Lolos LGD Beasiswa LPDP
5. Tips Lolos On the spot Writing Beasiswa LPDP
6. Tips Menulis Essay Peranku Untuk Indonesia Beasiswa LPDP
7. Tips Menulis Essay Sukses Terbesar dalam Hidupku
8. Tips Menulis Study Plan Beasiswa LPDP
9. Tips Menulis Research Plan
Made Andi. Untuk melamar sekolah dan beasiswa, kita kadang diharapkan mengajukan proposal penelitian/riset (research proposal) untuk tesis atau disertasi. Hal ini wajib bagi mereka yang akan sekolah S3 atau S2 dengan penelitian (master by research).
Banyak yang bertanya perihal proposal riset ini pada saya. Saya
biasanya menjawab sesuai pengalaman saja, tidak ada teori berlebihan.
Satu hal yang selalu saya sampaikan, meskipun pernah diterima, proposal
saya juga pernah ditolak. Anggap saja tulisan ini pelengkap dari
pencarian teman-teman yang sudah sangat intensif. Jika ini adalah
tulisan pertama tentang proposal riset yang dibaca, jangan percaya
begitu saja, silakan baca tulisan lainnya.
Ibu saya, meskipun tidak sekolah, sering
penasaran dengan apa yang saya lakukan. Beliau rajin menanyakan
istilah-istilah asing seperti konferensi, proposal, seminar, presentasi
dan sebagainya. Tentu saja heran karena beliau tidak pernah menyiapkan
anaknya bergaul dengan hal-hal aneh seperti itu. Saya bilang, proposal
ini adalah usul. Kalau kita punya satu maksud maka kita perlu sampaikan
dalam bentuk usulan. Tujuannya agar pihak lain mengerti dan kemudian
mendukung usulan itu. Proposal riset juga demikian.
Proposal itu bisa seratus halaman, bisa
juga hanya satu halaman, tergantung untuk siapa proposal itu dibuat.
Gagasan yang hebat sekalipun bisa disampaikan dalam satu lembar
proposal. Kita akan diskusi proposal versi kedua yaitu versi pendek
untuk kepentingan melamar beasiswa luar negeri. Saya akan mengacu pada
kerangka pertanyaan proposal di formulir beasiswa ADS (Australian
Development Scholarship). Di formulir tahun 2013 halaman 15-16 ada
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab. Jika semua pertanyaan itu
dijawab dengan baik, maka kita sudah menghasilkan sebuah proposal
penelitian.
Pertama, judul/tema harus tegas dan
menarik. Judul atau tema sebaiknya menunjukkan isi penelitiannya
sendiri. Dengan membaca judulnya, orang harus sudah bisa membayangkan
isinya. Kita tidak sedang membuat film atau novel misteri, apalagi
sinetron. Masih ingat sinetron “Tersanjung”? Mengapa judulnya harus
“Tersanjung” sementara inti ceritanya bukan soal sanjungan atau
menyanjung. Bagaimana dengan judul ini “Study on Error Measurement on Several Standard Setting Methods”?
Bisakah kita langsung menebak bidang kajiannya? Sekilas mungkin
terdengar bagus, tetapi saya yakin orang yang tidak sebidang ilmu akan
menebak-nebak. Saya bahkan menduga ini bidang teknik/sains, ternyata ini
terkait pendidikan. Is it just me? Judul yang saya pilih ketika mendaftar ALA adalah “Challenges and Opportunities in the Delimitation of Indonesian Maritime Boundaries – A Legal and Technical Approach”
Kedua, latar belakang harus jelas dan
mendukung. Apa sih yang membuat kita ingin meneliti itu? Apa yang kita
saksikan di sekitar kita? Apa yang kita baca? Apa yang sedang jadi
persoalan? Fakta dan fenomena apa yang terjadi atau teramati sehingga
kita merasa perlu adanya penelitian? Penelitian saya didukung oleh fakta
bahwa Indonesia memiliki sepuluh tetangga yang dengannya perlu
menetapkan batas maritim dan belum tuntas hingga hari ini. Fenomena lain
adalah bahwa dengan batas yang belum tuntas itu sering ada insiden di
perbatasan. Tentu banyak contoh yang bisa disebutkan. Insiden ini
merugikan banyak pihak seperti nelayan dan lain-lain. Ketidakjelasan
batas ini juga menyulitkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut.
Maka dari itu perlu ada usaha untuk menyelesaikan batas maritim ini.
Penelitian yang serius terhadap ini jelas diperlukan. Bagaimana dengan
bidang Anda?
Ketiga, sampaikan pernyataan penelitian dan maksud dengan tegas. Maksud (purpose) ini kadang bermakna sama atau kabur dengan tujuan (objective)
dan seringkali penggunaanya tertukar tanpa masalah. Dari pustaka yang
saya baca dan pengalaman, ‘maksud’ adalah sesuatu yang lebih filosofis
mendasari sebuah riset. Untuk menyatakan maksud, sebaiknya menggunakan
kata-kata seperti discover, explain, evaluate, explicate, infer dan sejenisnya. Maksud dari penelitian saya misalnya adalah “to
evaluate existing approach in the delimitation of Indonesia’s maritime
boundaries with its neighbours and to propose possible improvement.”
Di form ADS, pertanyaan purpose ini juga
harus dilengkapi dengan keunikan penelitian yang diusulkan. Intinya
bahwa usulan penelitian kita harus berbeda dengan yang lain. Meskipun
bagus dan penting tetapi kalau sudah ada yang melakukan hal yang persis
sama, tentu ini tidak unik. Dengan kata lain, penelitian itu tidak perlu
dilakukan karena sudah dilakukan orang lain.
Inti dari sebuah penelitian adalah
melengkapi yang sudah ada atau melakukan apa yang belum dilakukan.
Sederhananya, kita tidak akan melakukan hal yang persis sama dengan apa
yang sudah pernah dilakukan orang lain. Dalam ungkapan Bahasa Inggris
disebut bahwa kita tidak “reinventing the wheel”. Maka dari itu
kita perlu membaca penelitian yang sudah ada di bidang terkait untuk
memastikan kita mengetahui perkembangan bidang tersebut dan menjamin
bahwa apa yang kita lakukan tidak mengulang apa yang sudah dilakukan
sebelumnya. Membaca jurnal, laporan resmi, dan buku menjadi sangat
penting dalam hal ini. Kita tidak bisa mengatakan “penelitian ini unik
dan belum pernah dilakukan” tanpa mendalami atau setidaknya membaca
penelitian orang lain di bidang tersebut. Kita juga tidak bisa
mengatakan penelitian ini baru dan unik hanya karena ada seorang
professor yang kita kenal mengatakan demikian secara lisan. Di sinilah
perlunya literature review.
Dalam membuat proposal untuk beasiswa
seperti ADS yang biasanya singkat, tentu kita tidak bisa sampaikan semua
teori. Cukup sampaikan beberapa pustaka utama untuk menunjukkan bahwa
kita sudah mengikuti perkembangan ilmu tersebut dan paham sampai di mana
perkembangan riset terkait sehingga kemudian kita bisa melangkah maju
berdasarkan apa yang sudah diteliti orang lain. Ini bisa juga
diistilahkan dengan “finding the gap” atau mencari “novelty” atau kebaruan dari penelitian kita. Kalimat yang bisa disampaikan misalnya “researches
concerning blah blah blah have been carried out by blah blah blah
revealing that blah blah blah. While those researches have contributed
significantly to the development of blah blah blah, none of those
researches have managed to address the blah blah blah aspects of it.
This proposed research is aimed at analysing the blah blah blah aspects
of the issue to contribute what have been missing in the existing
discourses.”
Intinya, keunikan itu bisa ditegaskan
dengan menyatakan bahwa riset kita akan menggunakan metode baru yang
belum pernah, atau menggunakan pendekatan baru, atau membahas kasus yang
sama sekali baru, atau menggabungkan beberapa metode di bidang lain
yang belum pernah diuji, atau melengkapi kekosongan (filling the gaps)
dan lain-lain. Perlu diperhatiian bahwa penelitian unik itu tidak
selalu berarti harus benar-benar menemukan sesuatu yang spektakuler.
Penelitian tidak selalu tentang menemukan roket untuk pergi ke bulan
pulang pergi dalam waktu sehari.
Hal selanjutnya adalah hipotesis. Memang
tidak semua penelitian itu perlu menyampaikan hipotesis tetapi umumnya
ada hipotesis atau dugaan yang ingin dibuktikan. Dalam kasus penelitian
terkait batas maritim, hipotesis yang bisa disampaikan misalnya
“pendekatan XXX yang diterapkan saat ini tidak efektif dan perlu
diperbaiki dengan pendekatan baru yaitu pendekatan XXX.” Kalau
proposalnya berbahasa Inggris tentu tinggal diterjemahkan. Hipotesis ini
tentu saja didasarkan pada penelusuran yang cukup intensif. Di sinilah
perlunya membaca penelitian terkait sebelum menulis proposal. Tanpa
membaca penelitian terdahulu kita tidak bisa membuat hopotesis. Mengutip
Will Smith dalam film Hitch, “You can’t really know where you’re going until you know where you’ve been”.
Kita memang tidak akan tahu ke mana mana penelitian ini kita arahkan
jika tidak tahu persis sudah sampai di mana perkembangan riset saat ini.
Hipotesis juga tidak harus selalu benar. Bisa saja hasil penelitian
kita nanti menyimpulkan bahwa hipotesis kita salah.
Selanjutnya adaah menjelaskan tujuan penelitian atau objectives. Secara sederhana, tujuan ini merupakan bentuk rinci dan lebih teknis dari maksud (purpose).
Tujuan merupakan penjabaran dari maksud menjadi sesuatu yang lebih
terukur. Dalam kasus penelitian saya misalnya, tujuannya bisa 1)
mendeskrispikan dan menjelaskan status batas maritim Indonesia terkini,
2) mengindentifikasi batas maritim yang memerlukan penetapan baru, 3)
mengidentifikasi tantangan dan harapan/kesempatan terkait penetapan
batas maritim di masa depan dan 4) menganalisis dan menyajikan opsi
batas maritim yang sesuai untuk Indonesia dan negara tetangga. Intinya,
sekali lagi, tujuan atau objective adalah pejabaran dari maksud atau purpose penelitian.
Untuk bagian metodologi, kita harus
menjabarkan cara atau metode kita dalam mencapai maksud dan tujuan
penelitian. Sampaikan apakah akan mengandalkan kajian pustaka saja (literature review) atau disertai dengan eksperimen, wawancara atau Focus Group Discussion
(FGD). Jika melibatkan data, sampaikan sumber data serta bagaimana data
itu diperoleh dan diolah. Perlu disampaikan juga perangkat yang
digunakan untuk mengolah dan metode yang dipakai. Yang tidak kalah
penting adalah rencana penelitian dalam bentuk jadwal. Jika belum tahu
pasti soal ini maka bisa dibuat kalimat umum yang membuat pembaca
proposal mendapat gambaran menyeluruh. Akan lebih baik jika proposal
dilengkapi dengan satu pernyataan bahwa kita sudah melakukan
langkah-langkah tertentu sebagai persiapan. Misalnya, kita sudah
melakukan komunikasi dengan pihak terkait yang akan bisa menyediakan
data. Dukungan dari instansi penyandang dana juga perlu disampaikan jika
sudah ada.
Kesiapan seorang peneliti juga dinilai
dari pengalamannya. Untuk mendaftar S3, biasanya diharapkan orang yang
sudah penah meneliti. Maka dari itu penting untuk menyantumkan daftar
publikasi, misalnya jika sudah pernah menulis di jurnal atau ikut
konferensi. Hal ini akan meyakinkan pembaca proposal bahwa kita memiliki
kesiapan yang lebih karena sudah pengalaman. Jika belum pernah menulis
sama sekali, bisa juga sampaikan pengalaman yang mendukung, misalnya
pernah menjadi asisten peneliti terkait, pernah terlibat dalam pembuatan
laporan yang tidak diterbitkan, pernah menulis skpripsi yang terkait,
pernah menjadi asisten professor di bidang terkait meskipun belum pernah
meneliti secara sistematis. Intinya, sampaikan saja apapun yang bisa
menguatkan bahwa kita memiliki kesiapan untuk meneliti di bidang itu.
Tentu saja akan lebih bagus kalau sudah pernah publikasi di jurnal atau
majalah. Maka dari itu, jika kita membaca tulisan ini dan merencanakan
akan sekolah S2/S3 dalam waktu dua atau tiga tahun lagi, pastikan kita
melakukan penelitian pendahuluan dan pernah membuat publikasi. Ingat
juga, publikasi adalah tulisan yang diterbitkan secara resmi di jurnal
yang dinilai oleh rekan sejawat/ahli atau dipresentasikan di sebuah
konferensi. Menulis blog atau catatan pribadi tidak bisa dimasukkan
dalam kategori publikasi ilmiah meskipun yang ditulis terkait erat
dengan bidang penelitian.
Setelah semua perihal ilmiah tercakup,
kadang perlu menyampaikan institusi yang tepat untuk proposal tersebut.
Sampaikan mengapa kita memilih sebuah institusi, misalnya. Yang jelas
sampaikan alasan yang mendukung misalnya, kampus tersebut memiliki pusat
studi yang relevan, memiliki banyak ahli di bidang terkait dan adanya
mahasiswa S2 dan S3 yang meneliti bidang terkait. Atau mungkin karena
universitas tersebut memiliki program pendidikan yang secara formal
memang mengajarkan bidang yang kita minati, misalnya program S2 dengan
konsentrasi di bidang yang sesuai. Intinya, kita harus melakukan
penelitian secara intensif dengan membaca sebanyak mungkin informasi
tentang universitas yang kita tuju terlebih dahulu sebelum menulis
proposal. Coba lihat tulisan saya terkait memilih universitas.
Selain institusi, kadang kita juga perlu
mencantumkan calon pembimbing/supervisor kita untuk S2 atau S3 nanti.
Jika sudah kenal tentu tidak ada masalah. Jika belum maka ini bisa jadi
masalah tersendiri. Intinya kita harus menjalin kontak terlebih dahulu
dengan calon supervisor ini. Coba baca tulisan saya terkait
cara menghubungi calong pembimbing. Setelah mendapat nama, tentu kita
harus mejelaskan alasannya mengapa orang ini dipilih. Keahlian tentu
saja menjadi alasan utama yang dibuktikan dengan jumlah publikasinya di
jurnal atau di konferensi atau buku yang ditulisnya. Keterlibatan dia di
organisasi profesi, misalnya menjadi presiden asosiasi profesi
internsional, adalah salah satu alasan yang baik. Intinya, sampaikan
mengapa dia layak jadi supervisor. Jika ada alasan pribadi, misalnya
merasa cocok bekerjasama dalam bidang ini karena sebelumnya pernah
penelitian bareng, silakan sampaikan.
Bagian yang sangat penting dalam membuat
proposal penelitian untuk melamar beasiswa adalah menunjukkan manfaat
penelitian itu bagi Indonesia. kita harus memikirkan ini dengan seruis
dan menjawab dengan tepat. Di sini kita perlu tahu persoalan Indonesia
yang terkait penelitian kita dan bagaimana penelitian itu akan memberi
solusi atau setidaknya membuat pemahaman terhadapnya jadi lebih baik.
Semakin spesifik, semakin bagus. Misalnya sebaiknya tidak mengungkapkan
istilah-istilah umum seperti “dengan penelitian ini maka persoalan
tentang ini akan bisa diatasi”. Yang lebih bagus misalnya “penelitian
dari X dan laporan dari lembaga Anu menunjukkan persoalan di Indonesia
terkait dengan A, B dan C. Sementara itu, penelitian ini diharapkan akan
menghasilan P, Q dan R yang secara langsung bisa dimanfaatkan untuk
menanggulangi persoalan A, B dan C. Secara spesifik, akan hal ini akan
dilakukan dengan cara ini dan itu.”
Proposal yang baik juga harus menyertakan
informasi apakah akan melibatkan kerja lapangan (field work) atau
tidak. Jika ya, lebih baik menjelaskan fieldwork ini dengan rinci. Saya
paham, umumnya para pelamar beasiswa belum memiliki gambaran bagaimana
hal ini dilakukan. Sampaikan saja secara umum bahwa data untuk
penelitian ini akan diperoleh dari lembaga A, B dan C dan memerlukan
interaksi langsung untuk memperolehnya. Selama penelitian, Anda akan
melakukan kunjungan untuk penelitian lapangan ke A, B dan C yang
direncanakan akan dilakukan pada tahun kedua. Selama fieldwork itu,
jelaskan bahwa kita akan melakukan komunikasi pendahuluan dengan
instansi terkait dan meminta orang-orang tertentu untuk membantu, bisa
juga sebagai pembimbing lapangan. Jelaskan dengan estimasi berapa lama
penelitian lapangan itu akan berlangsung dan sumberdaya apa saja yang
diperlukan. Misalnaya selain tiket PP dari Australia ke lokasi, kita
juga akan memerlukan akomodasi dll. Dalam hal ini kita harus tahu persis
apakah biaya ini bisa ditanggung oleh penyedia beasiswa atau tidak.
Jika tidak, sampaikan bagaimana strategi kita mengatasi masalah itu.
Misalnya, sampaikan bahwa di lokasi tersebut kita memiliki saudara yang
bersedia membantu akomodasi, misalnya. Hal ini nampak sederhana dan
kecil tetapi bisa menguatkan prosposal kita. Tentu saja hal ini tidak
harus dijadikan isu utama, tetapi pendukung yang menguatkan. Hal utama
tentu saja adalah konten ilmiah dari proposal tersebut.
Sebagai penutup, coba bayangkan diri kita
menjadi seorang penilai atau penguji proposal penelitian. Apa yang
membuat kita yakin proposal itu layak diterima? Coba renungkan. Coba
juga tanyakan hal-hal berikut:
-
Apa sih yang mau dilakukan peneliti ini? Maksusnya apa, tujuannya apa? Lalu latar belakangnya apa kok dia mau meneliti topik ini?
-
Mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Kalau tidak dilakukan bagaimana?
-
Penelitian ini memang baik, tapi apakah memang masih perlu diteliti? Apakah belum ada penelitian lain? Apa bedanya/kelebihannya dengan penelitian yang sudah ada?
-
Bagaimana cara dia melakukannya? Apakah hanya baca buku saja di perpusatakaan atau akan tenggelam di lab atau jalan-jalan wawancara orang-orang di lapangan. Lalu mengolah datanya bagaimana sehingga maksud dan tujuannya tercapai?
-
Mampukah orang ini melaklukannya? Kesiapan akademisnya bagaimana? Dukungan pihak luar bagaimana? Dukungan dana?
-
Dan banyak lagi pertanyaan yang mungkin muncul. Coba renungkan dan jawab pertanyaan itu di proposal. Semakin banyak pertanyaan yang bisa dijawab oleh proposal itu, semakin bagus dia dan semakin berpeluang untuk diterima.
Akhir kata, saya kembali tegaskan bahwa
tulisan ini tidak boleh dijadikan satu-satunya acuan dan saya tidak
pernah mengklaim ini tips yang pasti membuat proposal Anda diterima.
Meski demikian, saya memang pernah membuat proposal dengan cara yang
sama dan diterima. Di luar semua hal-hal yang rumit, selalulah ingat
bahwa proposal, seperti yang saya jelaskan ke ibu saya, adalah usulan
semata, tidak lebih dari itu. Dia akan diterima jika bisa menjawab semua
(atau sebagian besar) pertanyaan dan keraguan dari mereka yang menerima
usul itu. Lihat juga contoh proposal yang pernah saya buat. Selamat berjuang.
PS. Baca juga: Panduan menulis proposalhttp://madeandi.com/2012/06/26/cara-membuat-proposal-penelitian-untuk-beasiswa-luar-negeri/
Belajar Bahasa Inggris Intensif di Kampung Inggris Bandung
WE English - Bandung
Kampung Inggris Bandung - Jl. Gegerarum Kota Bandung. Further info, Please click :
YouTube I Facebook I Twitter I Instagram I Foursquare I GoogleMaps
Tips Menulis Research Plan Beasiswa LPDP atau Beasiswa Internasional Lainnya 2016 - 2017
Reviewed by KAMPUNG INGGRIS BANDUNG
on
1:47 AM
Rating:

No comments: